Chapter Eleven.
Page 319 of 365.
On Love 2.0
Kapan terakhir kali kalian jatuh cinta?
Kapan terakhir kali kalian cuma mikirin satu orang itu terus sampai lupa sama yang lain?
Kapan terakhir kali kalian gak bisa tidur karena udah gak sabar buat ketemu orang itu besok paginya?
Kapan terakhir kali kalian gugup setengah mati karena mau ketemu dia tapi di saat yang bersamaan, kalian seneng setengah mati?
Kapan terakhir kali kalian bener - bener jatuh cinta?
Apa kalian pernah tanpa sadar ngedengerin lagu - lagu yang gak pernah kalian denger karena kalian tau kalau si dia suka sama lagu itu?
Apa kalian pernah nonton film yang gak kalian suka hanya karena si dia bilang film itu bagus?
Apa kalian pernah tiba - tiba ngelakuin hal - hal yang gak kalian suka cuma karena si dia bilang hal itu keren?
Ya, kalian pasti pernah jatuh cinta.
Gak ada yang pernah salah dengan jatuh cinta.
Satu - satunya yang salah adalah ketika kita salah pilih objek untuk jadi pelabuhan cinta kita.
Kita sering menyalahartikan perasaan lain dengan cinta.
Bisa aja sebenernya kita cuma kagum.
Atau malah terharu ngeliat kelakuan dia.
Atau cuma sekedar suka penampilannya.
Kecuali kalau lu suka sama penampilan SNSD.
Enggak, itu beneran namanya cinta.
Kesalahan yang terakhir adalah kesalahan umum yang sering dilakukan anak muda.
Karena mereka terpatok dengan konsep dari mata turun ke hati.
Apa yang enak dilihat, pasti juga enak untuk dijadiin pacar.
Beberapa waktu yang lalu, gue liat salah satu temen gue posting foto di Path yang kurang lebih intinya begini:
Kalau penampilan fisik yang membuatmu jatuh cinta, bagaimana kamu mencintai Tuhan yang tidak berwujud?
Tiba - tiba gue kepikiran aja.
Bener juga ya.
Kita gak bisa lihat Tuhan tapi kita cinta Tuhan.
Seenggaknya, gue sih cinta Tuhan gue.
Gak tau kalian gimana.
Ada satu kutipan dari salah satu film cinta - cintaan favorit gue yang judulnya cin(T)a:
"Pacar saya harus lebih cinta sama Tuhannya dibanding sama saya. Kalau dia bisa gak setia sama Tuhannya, gimana dia bisa setia sama saya?"
(Kurang lebih sih ingetan gue begini ye, maaf kalo terjadi kesalahan pengutipan.)
Apakah kita udah pernah menjadikan standar keimanan sebagai patokan kita cari pacar?
Kalau pertanyaan ini gue lemparkan ke temen - temen gue, kayanya semua bakal jawab iya.
Tapi kenyataan yang gue dapet enggak begitu sih.
Dan sejujurnya, iya emang rada susah sih.
Coba bayangin, kalian pilih mana:
Emma Stone tapi gak taat beragama
atau
(Isi bagian ini dengan orang yang berwajah biasa aja) tapi taat beragama?
Semua pria berpikiran lurus dan bermata jernih pasti pilih Emma Stone. Gue juga sih.
Itulah susahnya hidup dengan indera penglihatan yang menjadi patokan utama kita.
Jadi, apa intinya tulisan kali ini?
Gue cuma mau ngajak mikir aja.
Apakah kita udah belajar mencintai Tuhan yang tak berwujud secara serius?
Karena kalau jawabannya adalah iya, kalian gak akan melihat orang lain dari tampak luarnya aja.
Kalian gak akan gak setia sama pacar kalian.
Kalian gak akan gak hormat sama orang tua kalian.
Kalian gak akan gak mengasihi orang lain.
Kenapa?
Karena jatuh cinta sama Tuhan adalah jatuh cinta dengan kasih yang paling sempurna.
Yang gak egois.
Yang gak licik.
Yang gak mikirin diri sendiri.
Yang gak bersenang - senang di atas penderitaan orang lain.
Yang gak lain di mulut, lain di hati.
Karena ketika kita jatuh cinta, segala sesuatunya berubah.
Apakah kita udah bener - bener jatuh cinta sama Tuhan?
Apakah kita udah bener - bener gak pikirin hal lain selain berusaha menyenangkan hati Tuhan?
Apakah kita udah bener - bener belajar untuk gak ngelakuin apa yang Dia gak suka?
Atau kita cuma sekedar suka sama Tuhan?
Have a great weekend.
1 comment:
Feel it and everything feels good even its bad ^^
Post a Comment